Tadi abis jemput adek gw dari X-trans, langsung makan bakso bikinan Bibi gw. enaak sih, tapi abis makan gw pusing berat. ga tau kenapa. Tiba-tiba lueemeeess. trus gw dipijetin, katanya masuk angin karena kepala diteken-teken warnanya merah. hehehe... emang itu ya indikatornya? tapi yang jelas setelah minum tolak angin agak mendingan.


Well, sebelum ngepost ini gw baca-baca review film-film Indonesia akhir-akhir ini di blog-blog orang atau forum-forum temasuk kaskus. Ada yang positif, ada juga yang negatif... ya itu biasalah ya. cuman gw pengin ngasi tau aja, janganlah sampe ngomong "Film SAMPAH" atau "Sutradaranya harus kursus logika dulu" terutama untuk film-film Indonesia, dan sebagian besar dari komentar negatif (maupun positif) ga menilai secara detail poin-poin yang bagus di film. Mungkin ini cara berpikir yang dibentuk media-media terutama pemberitaan di Indonesia ini. Memang gw agak subjektif, gw terlalu nasionalis lah padahal filmnya emang jelek, tapi justru inilah yang dibutuhkan industri film Indonesia itu.

Tapi gw disini gw bukan mau memberikan komen ke film-film itu. tapi gimana pengaruh review-review terhadap keinginan orang untuk nonton film itu. banyak orang sebelum nonton mo nunggu report pandangan mata orang-orang yang udah nonton. Kalo temen-temennya bilang "Ah jelek!" trus langsung males deh nonton. Nunggu DVDnya aja (bajakan mungkin malah). hehehe. Kalo gw sendiri JUJUR sampe sekarang review atau komen itu biasa aja. ga ada pengaruh keinginan gw untuk nonton film itu apa ngga. Merantau dan Merah Putih, kyk post gw dlu, emang kenginan gw untuk nonton terlepas itu jelek apa nggak yang penting udah nonton. GI Joe, wuih banyak temen-temen gw pada nonton itu dulu semua sebelum film Merah Putih. Katanya "Keren abis" "keren dik, nonton deh!" "ah lebay filmnya" ga ngaruh di gw semua. gw akan memutuskan untuk nonton tergantung analisa gw sendiri. hehe sampe sekarang gw belom nonton GI Joe, karena emang ga di list gw untuk ditonton. :D

Sedikit berbagi nih ya faktor-faktor apa aja yang gw pertimbangin:
1. Sebagian besar film bule yang komersil itu akan dirilis musim panas Mei Juni Juli atau Desember Januari untuk film yang ke arah keluarga itu akan banyak

2. Film yang rilis di luar waktu itu adalah film yang kurang pede untuk bersaing dg film yg komersil ntah karena ga begitu terkenal temanya ato cerita filmnya kurang berbobot. so jangan terlalu berharap sama film-film ini

3. Film Indonesia jarang yang berani bersaing di musim panas. Palingan film anak-anak yang berani karena alasan liburan sekolah.

4. Film Indonesia lebih memilih rilis dekat lebaran karena dianggap disitulah orang-orang pada berduit (baru dapet THR).

5. Sutradara dan Produser film Indonesia berkualitas bisa dihitung dengan jari. Biasanya mereka total bekerjanya misal mengeluarkan film hanya sekali setahun karena 1 film aja bisa menyita sepertiga tahun untuk produksi, belom pre dan post production yang harus bolak-balik convert ke pita di Bangkok.

6. Film yang cuma menghabiskan seminggu atau 2 minggu produksi jadi dijamin cuma film "main-mainan" atau "seneng-senengan" hehe. gw ga bilang jelek loh. dan rumah produksi ini bisa mengeluarkan lebih dari 1 film setahun (keren sih kyk holywood, tapi kesannya ya asal-asalan, karena sumberdaya manusianya ga sekuantitas holywood)

Ya, itulah pertimbangan gw. untuk tahu siapa-siapa aja produser ato sutradara yang berkualitas itu atau waktu produksi sebuah film tinggal tanya om google. Saran gw jangan terlalu pengaruh sama review-review orang. Keputusan ya di tangan sendiri. mata juga mata sendiri yang nonton kok.. bioskop di Indonesia ini murah muraaah.. di Malaysia aja rata-rata 40ribu (Yahoo Answer) padahal untuk nonton film produksi kita juga. hehehe


lha ini menurut saya. menurut Anda gimana?